tumben ya aku pagi-pagi udah buka blogku, hhi :P
cuma mau share aja makalah BELAJAR dan PEMBELAJARAN ni, semoga bermanfaat
TEORI BEHAVIORISTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Belajar merupakan
suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya
sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat ataupun merevisi hasil belajar yang
diterimanya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi pribadinya.Pembelajaran merupakan suatu sistem yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.
Teori adalah
seperangkat azaz yang terusun tentang kejadian-kejadian tertentudalam dunia
nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang
ide, konsep, prosedur, dan prinsip yang
terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling berhubungan satu sama lainnya
dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Teori
belajar adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas maupun diluar
kelas.
2. Kompetensi Dasar
Dari makalah ini diharapkan
Mahasiswa akan mampu memahami mengenai teori belajar behavioristik sehingga
akan mampu menerapkannya dalam pengajaran.
3. Kompetensi Indikator
Dalam makalah akan dijelaskan mengenai :
a.
Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
b.
Apa tujuan pembelajaran teori behavioristik?
c.
Apa pandangan para ahli mengenai teori belajar behavioristik?
d.
Bagaimana aplikasi dari teori belajar behavioristik?
e.
Apa implikasi dari teori belajar
behavioristik?
f.
Apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar behavioristik?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristikadalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.Hukuman kadang-kadang digunakan dalam
menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan
tindakan yang diinginkan.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh peserta didik (respon) harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh Teori Behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon tersebut akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap tetap
dikuatkan. Misalnya ketika Guru memberi tugas kepada siswa-siswanya, ketika
tugas itu ditambahkan maka Ia akan semakin giat belajar. Maka penambahan tugas
tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam
belajar.Bila tugas-tugasnya dikurangi ini justru meningkatkan aktivitas
belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan pengutan negatif (negative
reinforcement) dalam belajar.Jadi penguatan merupakan salah satu bentuk
stimulus yang penting untuk diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan
(dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary
and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency
Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of
Responses (Gage, Berliner, 1984).
Ciri-ciri Teori Behavioristik:
a.
Mementingkan
faktor lingkungan
b.
Menekankan
pada faktor bagian
c.
Menekankan
pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
d.
Sifatnya
mekanis
e.
Mementingkan
masa lalu
2.
Tujuan
Pembelajaran Behaviorisme
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut
peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar.Maksudnya bila peserta didik menjawab secara “benar” sesuai dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran.Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan peserta didik secara
individual.
3.
Pandangan
Para Ahli Mengenai Teori Belajar Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya adalah
Thorndike, Watson, Chark Hull, Edwin Guthrie, Pavlov, Skinner, Robert Gagne dan
Albert Bandura.Pada dasarnya para penganut aliran behavioristik setuju dengan
pengertian belajar diatas, namun ada beberapa perbedaan pendapat diantara
mereka.Setiap dari pelopor – pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi
perkembangan teori ini dari awal perkembangannya hingga sekarang. Secara
singkat, berturut-turut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik, sebagai berikut :
Teori Belajar
Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, teori
behavioristik adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat
pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan / tindakan.
Jadi perubahan tingkah
laku akibat belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat diamati, atau tidak
konkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan
“Teori Connectionism”.
Dasar-dasar teori
Connectionism dari Edward L. Thorndike (1874-1949) diperoleh juga dari sejumlah
penelitian yang dilakukan terhadap perilaku binatang. Penelitian-penelitian
Thorndike pada dasarnya dirancang untuk mengetahui apakah binatang mampu
memecahkan masalah dengan menggunakan “reasoning” atau akal, dan atau dengan
mengkombinasikan beberapa proses berpikir dasar.
Dari percobaan Thorndike menemukan hukum-hukum belajar
sebagai berikut:
Ø Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Ø
Hukum
Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka
asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi
antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih
kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya
tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama
dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan
semakin dikuasai.
Ø Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah
jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau
makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai
akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi.
Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung
dihentikan dan tidak akan diulangi.
Kelebihan Teori Thorndike
Kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan anak untuk
berfikir linier. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu.
Kekurangan Teori Thorndike
Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang
mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab
hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan
dengan responnya.
Selanjutnya Thorndike
menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:
Ø Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response)
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh
prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Ø Hukum Sikap ( Set/ Attitude)
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang
tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga
ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial ,
maupun psikomotornya.
Ø Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element)
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar
memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya
terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
Ø Hukum Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan
respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya
dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang
pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang
telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan
makin mudah.
Ø Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi
yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi
sedikit unsur lama.
Selain menambahkan
hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan
revisi Hukum Belajar antara lain :
§ Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan
saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa
pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.
§ Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa
yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan
hukuman tidak berakibat apa-apa.
§ Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan
kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.
§ Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang
lain maupun pada individu lain.
Teori Belajar Menurut
Watson
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan
kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar mengajar, namun Ia menganggap hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak
dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya
tentang belajar dengan ilmu-ilmu lain seperti biologi dan fisika yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan
diukur. Asumsinya bahwa hanya dengan cara demikianlah maka dapat diramalkan
perubahan-perubahan apa yang akan terjadi setelah seseorang melakukan belajar.
Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal
yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental
yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu
adalah penting.
Teori Belajar Menurut Clark Hull
Chark hull juga menggunakan variabel hubungan antara
stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun Ia
sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin.
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua tingkah laku bermanfaat untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis sangat penting dan menempati
posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya,
teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama
setelah Skinner memperkenalkan teorinya.Namun teori ini masih sering
dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.
Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Demikian juga dengan Edwin Guthrie.Ia juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar. Namun Ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan kebutuhan sebgaimana yang dijelaskan oleh Chark dan
Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara , oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya
lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam belajar.Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun Skinner
mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcement)
dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan
Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang
pendeta.Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi.
Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada
tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan.
Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun
1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology
behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902)
dan Conditioned Reflexes(1927).
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun
dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut
dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang
timbul tidak disadari manusia.
Teori Belajar Menurut Skinner
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern,
Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku.Pada
tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism.
Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant
conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang
dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of
Behavior”.Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the
Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika.
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operantconditioning. Di mana seorang
dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan relatif besar.Dalam beberapa hal, pelaksanaannya
jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan
dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan.
Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku
yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak
tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning.Gagne
pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU
Amerika.Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya
untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media.
Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong
guru untuk merencanakan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya
belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi
pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual.
Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai
dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih kompleks ( belajar
SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai
pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut
tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
Albert Bandura (1925-masih hidup).
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di
Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia
seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial
serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo
Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya. Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi
adalah:
§ Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik
pengamat.
§ Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode
pengkodean simbolik.
§ Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan
meniru, keakuratan umpan balik.
§ Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan
terhadap diri sendiri.
4.
Aplikasi
dalam Pembelajaran Behaviorisme
Aliran psikologi
belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak
pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah.Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya
dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak
teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
5.
Implikasi
Teori Belajar Behaviorisme
Ada beberapa implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran, antara lain
:
a)
Pembelajaran
yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke
orang yang belajar.
b)
Peserta
didik dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik
c)
Teori
behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak
yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri
d)
Karena
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka Peserta didik atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat
e)
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut
peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes
f)
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test.
6.
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Kelebihan
a) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, berenang, olahraga.
b) Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
hadiah atau pujian.
c)
Dapat
dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari
luar dirinya
a) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher
centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang
diamati dan diukur.
b)
Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( teori skinner ) baik
hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang
justru berakibat buruk pada siswa.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori behaviorisme dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Donaparamita.files.wordpress.com(
Teori Behavioristik. Diakses 10
September 2014)
S3.amazonaws.com
(Teori Behaviorisme. Diakses 12
September 2014)
Staff.uny.ac.id
(Aplikasi
Pendekatan Behavioristik. Diakses 10 September 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar