selamat malam, selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir :)
oke, malam ini yessy bakalan ngepost makalah kuliah BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
yang berjudul
TEORI KOGNITIF
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
Dafatar Isi.............................................................................................................................
Pendahuluan
Latar Belakang...................................................................................................
Rumusan
Masalah...............................................................................................
Tujuan.................................................................................................................
Pembahasan
Pengertian
Teori Belajar
Kognitif............................................................................
Teori
Belajar
Menurut Beberapa Pakar....................................................................
Prinsip-Prinsip Teori Belajar
Kognitif.....................................................................
Kelebihan dan Kelemahan
Teori Belajar Kognitif..................................................
Pendekatan
Kognitif (Cognitive
Approach)............................................................
Gaya
Kognitif Dalam
Pembelajaran........................................................................
Ruang
Lingkup Psikologi Kognitif………………………………………………...
Pengaplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Anak Didik..................................................................................................
Penutup
Kesimpulan.............................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Peningkatan
sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan
manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal
mapun non formal. Dengan diberlakukannya
pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu
membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu
yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak
Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik.
Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan
tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi
system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara
dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan
sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut
mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada makalah
ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori
Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya
usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia
pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses
belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara
pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar.
Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar.
Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para
perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu
menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran
yang dihadapi.
Pada bagian
ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi
teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing
teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang
professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu,
karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi,
dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah pada
makalah ini adalah:
- Jelaskan pengertian teori kognitif?
- Sebutkan tokoh – tokoh yang berperan dalam
teori Belajar kognitif?
- Apa saja prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
- Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar
Kognitif?
- Bagaimana pengaplikasi teori kognitif dalam proses
belajar sebagai upaya meningkatkan prestasi anak didik?
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Dengan adanya makalah mengenai ini, penulis
berharap akan dapat memberikan wahana pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan
teori kognitif.
2.
Menjadikan
pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal dalam
mengembangkan potensi-potensi lain dalam diri anak didik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Secara
etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi
populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk
kejiwaan yang berpusat diotak juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa.
Teori
belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar
tidak sekedar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Teori
kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang
memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat
seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental.
Teori kognitif digolongkan ke dalam konstruktivisme, bukan teori nativisme yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan.
Teori
kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik,
tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling
lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk
ke dalam pikiran dan perasaannya. Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia
melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu
mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain
perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery
learning oleh Jeron Bruner, dan reception learning oleh
Ausubel.
B.
Teori
Belajar Menurut Beberapa Pakar
1.
Piaget
Menurut
Piaget (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses
belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi
(penyimpangan).
a. Proses
asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Proses
akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
c. Proses
ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget berpendapat bahwa proses belajar
harus disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:
a. Tahap
Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini
seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian pembuatan yang bermakna.
b. Tahap
pra-operassional (2-7 tahun )
Pada tahap ini
seeorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari
pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan
dan menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.
c. Tahap
operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini
seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi nyata atau
dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari
situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
d. Tahap
operasional formal (11 tahun keatas )
Pada tahap ini kegiatan
kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Selain itu pula
kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk
berfikir secara deduktif. Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Piaget
juga berpendapat bahwa peerkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui
sebuah proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah
terdapat struktur kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap
orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu keseimbanga, kesesuaian atau
ekuilibrium antara apa yang baru dialami(pengalaman barunya) dan apa yang ada
pada struktur kognitifnya.jika pengalaman barungan cocok dengan yang tersimpan
pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan
keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan di krangka
kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak seimbangan akan
terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.
Dengan
demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi adalah
suatu proses tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri
kedalam kerangka kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses
perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan
pengalaman baru yang dialaminya.
Piaget
juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan akomodasi
di atas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan
dari otak sistem saraf anak, intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya
(pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya
kerangka kognitifnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam
menghubungkan pengalamanya denngan kerangka kognitifnya (peengalaman
logico-mathematics), dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.
Para
pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan
perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai
akibat yang lebih sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif
dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda
konkret.
2.
Bruner
Bruner
mengusulkan teori yang disebut free
Discovery learning ( Uno, 2008:12). Menurut teori ini, proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya)
sebagai contoh-contoh yang mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumbernya. Iswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu sebenaran umum. Misalnya,
untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak menghafal definisi kata kejujuran,
tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh itulah,
siswa dibimbindg untuk mendefinisikan kata kejujuran.
Lawan
pendekatan ini disebut “belajar ekspositori”( belajar dengan cara menjelaskan.
Dalam hal ini, siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi
tersebut melalui contoh-contoh khusus dan konkret.
Menurut
pandangan Bruner (Uno, 2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi
berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori
pembelajaran mengguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan. Menurut
Bnuner, perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat li ngkungan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap
enaktif
Seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memaami lingkungan
sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat
abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan
demikian, topik pembelajaran tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam
bentuk benda-benda nyata.
b. Tahap
ikonik
Tahap
pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa
dengan menggunkan ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata
dengan benda-benda konkret. Dengan demikian, topic pembelahjaran yang bersifat
abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda
nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam
gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
c. Tahap
simbolik
Seseorang
telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya
dalam berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan (discovery learning).
3.
David
P. Ausubel
Teori
ini disebut juga teori hafalan ( rote learning)sebagaimana pernyataan yang
dikutip (Bell, 1978:132) berikut: “…, if
the learner’s intention is to memorise it verbatim as a series of arbitrarily
related word, both the learning process and the learning outcome must
necessarily be rote and meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa
tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu
dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik proses maupun hasil
pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak bermakna sama sekali
baginya.”
Kelemahan
lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab
soal baru lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang
terpisah-pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitantara
yang satu dan lyang lainya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan
keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu megaitkan
antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi
suatu proses pembelajarn yang berrmakna (meaningful
learning).
Karenanya
Ausubel menyatakan berikut sebgaimana dikutip Orton (1987 : 34). “if I had to reduce all of educational
psychology to just one principle, I would say this: the most important single
factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this
and teach accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu proses pembelajaran.
Belajar hafalan akan terjadi jika siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang lama.
Prinsip-Prinsip
Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan
pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip-
prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
Ø Pembelajaran
merupakan suatu perubahan status pengetahuan
Ø Peserta
didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
Ø Menekankan
pada pola pikir peserta didik
Ø Berpusat
pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi
dalam ingatannya
Ø Menekankan
pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di
dalam diri peserta didik
Ø Menerapkan
reward and punishment
Ø Hasil
pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru,
tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
·
Kelebihan dan Kelemahan Teori
Belajar Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna,
demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan –
kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa
kelebihan dan kelemahan teori kognitif
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori
belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya
merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh
dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan.
Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan
soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan
fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang
lain dengan.
b. Membantu
siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori
belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa
sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang
berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik
sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
Kelemahan Teori Belajar kognitif
Teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan.
Sulit di praktikkan khususnya di
tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti intelegensi
sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
Pendekatan
Kognitif (Cognitive Approach)
Sejalan
dengan upaya menerapkan filsafah teknologi pembelajaran Tut Wuri Hadayani pada
semua jenjang pendidikan formal, pendekatan kognitif mulai menjajaki keberadaan
pendekatan perilaku sejak pertengahan dekade 80-an.
Pendekatan
kognitif itu sendiri berangkat pada teori Gestalt yang memproposisikan bahwa
keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagiannya.
Sebagaimana
dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi
agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen
untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Sedangkan
Ausubel (1978) memdeskripsikan agar pembelajar dapat mengembangkan situasi
belajar , memilih dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam
bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi dari umum menuju kerinci dalam satu
satuan bahasan yang bermakna.
Dalam
pandangan psikologi kognitif, peran guru atau dosen menjadi semakin menentukan
apabila variabel perbedaan karakter individu dihargai dalam bentuk penyajian
variasi pola struktur kegiatan belajar mengajar.
Masalah
yang sering muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif dibidang
pembelajaran adalah dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau
bahan belajar dan penstrukturan kegiatan belajar mengajar.
Sehubungan
dengan adanya kenyataan empiris tersebut , maka teori dan teorema kognitif yang
ada bisa saja digunakan sebagai acuan umum bagi setiap jenis cabang disiplin
keilmuan. Namun, kemungkinan dapat terjadi bahwa kefektifan penerapannya pada
level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu bidang studi berbeda dengan
bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut pandang psikologi kognitif
adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.
Sebagaimana direkomen-dasikan Merril (1983:286), jenjang tersebut bergerakdari
tahapan meningkat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan
konsep, prosedur atau prinsip baru dibidang disiplin keilmuan atau keahlian
yang sedang dipelajari.
Gaya
Kognitif Dalam Pembelajaran
Salah
satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif . Gaya kognitif merupakan cara
siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang
berhubungan dengan lingkungan belajar.
Gaya
kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu
bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya
kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya
interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran,
hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan
pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu
memerlukan gaya belajar tertentu.
Beberapa
batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin
mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.
Shirley
dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam
berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
Sebagai karakteristik perilaku, gaya kognitif berada pada lintas kemampuan dan
kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media. Gaya
kognitif menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap
satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau
kemampuan tertentu. Sebagai karakteristik prilaku, karakteristik individu yang
memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama.
Apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda kecendrungan
perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.
Setiap
individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd
menyatakan bahwa gaya kognitif adalah langkah
individu dalam memproses informasi melalui strategi responsif atas tugas
yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa didalam gaya
kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat ,mengenal , dan mengorganisasi
informasi. Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan
mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimulasi lingkungannya. Ada
individu yang cepat merespons dan adapula yang lambat , cara-cara merespons ini
juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal.
Selanjutnya menurut Woolfolk gaya kognitif
seseorang dapat memperlihatkan variasi individu dalam hal perhatian, penerimaan
informasi, mengingat, dan berpikir yang muncul atau berbeda diantara kognisi
dan kepribadian.
Selanjutnya
Keefe agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi gaya kognitif.
Menurut Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam dua kelompok, yaitu gaya dalam
menerima informasi (reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep dan
retensi (concept formation and retention style). Keefe juga menambahkan, bahwa
gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar , dan gaya berlajar
berhubungan dengan kemampuan
intelektual.
Pengelompokan
gaya kognitif tersebut didasarkan atas dimensi gaya kognitif yang dikaji dari
beberapa hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif dalam menerima informasi
meliputi :
1. Perceptual modality
prefrrence, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan
seseorang dalam menggunakan alat indranya. Khususnya kemampuan melihat gerakan
secara visual atau spasial, pemahaman auditory atau verbal.
2. Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya
kognitif yang mencerminkan cara analisis
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Scanning, yang
menggambarkan kecendrungan seseorang dalam menitik beratkan perhatiannya
pada suatu informasi.
4. Strong and Weakness Automatization, yang
merupakan gambaran kapasitas seseorang untuk menampilkan tugas secara
berulang-ulang.
Sedangkan
dimensi gaya kognitif yang termasuk dalam pembentukan konsep dan retensi
menurut Pettegrew dan Holzman terdiri atas dua gayakognitif, yaitu :
1. Breath Of Categorization, yang
berkaitan dengan kesukaan seseorang dalam menyusun kategori konsep secara luas
atau sempit.
2. Leveling Sharperning, berkaitan
dengan perbedaan seseorang dalam pemprosesan ingatan, yakni antara kesukaan
mengingat sesuatu dengan menyamakan pada hal-hal yang telah
diingatkannya atau kesukaan mengingat sesuatu dengan membuat ciri yang baru
serta mengingatnya dalam ciri baru tersebut.
Berdasarkan
pemilahan gaya kognitif sebagaimana diuraikan diatas, dalam konteks penelitian
ini yang digunakan sebagai salah satu variabel adalah gaya kognitif perceptual
modality preference, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan
kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya , khususnya kemampuan
melihat gerakan secara visual atau spasial. Atau dengan kata lain variabel gaya
kognitif yang teliti adalah gaya kognitif meruangkan.
Pijakan
teoritis gaya kognitif meruangkan bertolak dari teori hemisfer yang menjelaskan
tentang belahan otak manusia yang terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri.
Kedua hemisfer ini mempunyai fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan
penyusunan informasi selama proses belajar.
Kedudukan
gaya kognitif dalam proses pembelajaran dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan
pandangan Reigeluth bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif merupakan
salah satu karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi pembelajaran,
disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat,
kemampuan berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa ,
kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru
atau perancang pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan
mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan
seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran
tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan
dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.
Resnick and collins mengemukakan bahwa
penumbuhan dan pengaktifan proses kognitif sangat erat hubungannya dengan
karakteristik proses kognitif siswa. Dengan demikian , untuk meningkatkan
proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian terhadap karakteristik
setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran pengorganisasian model
elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum rancangan disusun , hal yang
dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan terhadap
karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang kognitif. Dengan
pengetesan gaya kognitif tersebut , guru atau perancang pembelajaran dapat
mengetahui tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa. Paling tidak ditemukan
empat kelompok gaya kognitif siswa tersebut sebagaimana diuraikan diatas.
Selanjutnya
bagaimana peran gaya kognitif dalam proses pembelajaran? Mengacu dari pandangan
para pakar tentang dimensi gaya kognitif diatas, menurut Woolfolk bahwa
implementasinya dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Gaya
kognitif memiliki nilai adaptif yang bervariasi dari budaya dan situasi sosial.
Selain gaya kognitif FD dan Fi yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik
siswa, gaya kognitif lain yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi gaya
kognitif spasial (GR) dan gaya kognitif analitis (GA).Dimensi gaya kognitif GR
berkaitan dengan pembentukan imajinasi tentang objek ruang dalam pikiran,
sedangkan dimensi gaya kognitif GA berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam
menganalisis secara kritis dalam memecahkan masalah.
C.
Ruang
Lingkup Psikologi Kognitif
1)
Atensi ( Perhatian)
2)
Persepsi (sudut Pandang)
3)
Memori
4)
Membangun pengetahuan
5)
Pementukan konsep
6)
Pengambilan keputusan
7)
Penalaran
8)
Pemecahan masalah
9)
Inteligensi (pengawasan)
10) Kreatifitas
11) Emosi
12) Proses
kognisi
D. Pengaplikasi
Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Anak Didik
Aplikasi teori kognitif pada pendidikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
3. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
4. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
5. Memusatkan perhatian pada cara
berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.
Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang
digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan
guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
6. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri
dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan
bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong
menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
7. Memaklumi
akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Oleh
karena itu, guru harus berupaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang
terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
8. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.
Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara
langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Teori
belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Faktor kognitif bagi Teori belajar kognitif merupakan faktor pertama
dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta
didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh
sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan
optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru
menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan
potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang
ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses
pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta
menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar
mengajar di kelas.
Oleh karena
itu, peran ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah
faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan
jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui
kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
Pengetahuan
tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon
guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya
kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses
belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Sebaliknya, dengan adanya
pengetahuan yang mendalam akan pentingnya teori kognitif serta diterapkan dalam
proses belajar anak didik tidak mustahil apabila teori kognitif nantinya dapat
meningkatkan prestasi anak didik dalam dunia pendidikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung,
dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami
not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri
sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran
dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan
suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan
manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks
situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang
kompleks dan mementingkan proses belajar. Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
·
Menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri
·
Membantu siswa memahami bahan
belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
·
Teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan.
·
Sulit di praktikkan khususnya di
tingkat lanjut.
·
Beberapa prinsip seperti intelegensi
sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah,Enung.2006.Psilogi Perkembangan ( Perkembangan Peserta
Didik).Bandung:CV Pustaka Setia.
Hamzah.2010.Perencanaan Pebelajaran.Jakarta:PT Bumi
Aksara
Makmun,
Abin Syamsuddin.2007.Psikologi
Kependidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT
Renaka Cipta Jarkarta.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Alif.2011.Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan
Aplikasinya.
Jakarta : Rineka Cipta.
R.
Ibrahim.2010. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: Renela Cipta.
hari sabtu, 8 Desember 2012)
dan.html(diakses
pada hari sabtu, 8 Desember 2012)
http://www.sariyanta.com/kuliah/teori-teori-belajar/(diakses
pada hari sabtu, 8
Desember 2012)
nice post, mksh kak...
BalasHapusmakalah ini sangat membantu
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fbabeyudi.wordpress.com
Luar biasa kak, terima kasih udh berbagi ilmu😁
BalasHapusTest
BalasHapus